Showing posts with label my stories. Show all posts
Showing posts with label my stories. Show all posts

Saturday, August 10, 2013

ShortStory: The Stars Never Go Anywhere.


"Kakak, mau pergi kemana?" tanya seorang gadis kecil pada anak laki-laki yang lebih tinggi di depannya. tangan mungilnya memegang ujung baju anak laki-laki tersebut.

Anak laki-laki itu menoleh dan tersenyum pada gadis kecil yang merupakan adiknya itu. "Hanya jalan-jalan sebentar. Yuri di rumah saja."

Gadis kecil yang dipanggil Yuri itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak mau. Yuri mau ikut kakak!" serunya.

Anak laki-laki itu terlihat ragu sejenak namun kemudian dia tersenyum lagi. "Baiklah, tapi jangan nakal ya?"

Yuri tersenyum riang. "Iya!"

Mereka pun berjalan meninggalkan rumah sambil bergandengan tangan. "Kak Yuji, kita mau kemana?" tanya Yuri setelah cukup lama berjalan.

"Kemana pun asal tidak di rumah," jawab Yuji dengan tetap memandang lurus ke depan.

"Kakak tidak suka rumah?"

"Kakak hanya tidak suka melihat ayah dan ibu yang selalu bertengkar."

"Kenapa mereka selalu bertengkar?"

"Entahlah... lagipula Yuri masih kecil jadi tidak akan mengerti."

Yuri tidak menjawab lagi. Saat itu dia memang masih terlalu kecil untuk mengerti. Yang dia tahu hanyalah dia ingin terus berada dekat dengan kakaknya.

"Tapi kakak tidak akan meninggalkan Yuri sendirian di rumah kan?" ujarnya tiba-tiba.

Yuji menghentikan langkahnya lalu berjongkok dan mengusap kepala Yuri. "Tentu saja. Karena Yuri adalah satu-satunya alasan kakak untuk tetap berada di rumah."

Yuri tersenyum lega. "Kakak janji?"
 
"Janji."
...

Aku terjaga dari tidurku. Mimpi itu lagi... kenapa belakangan ini aku selalu memimpikannya? Sebuah kenangan masa lalu. Ya, gadis kecil dalam mimpi itu adalah aku dan anak laki-laki itu adalah kakakku, Yuji. Dia adalah satu-satunya keluarga yang kupunya. Ayah dan ibu? Jangan tanyakan mereka. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa memedulikan kami, anak-anaknya.

Aku melirik jam dinding di sudut kamarku. Pukul 1 malam. Sepertinya aku tidak bisa tidur lagi. Aku merindukan kakak... aku pun memutuskan untuk naik ke atas atap. Biasanya kakak selalu berada di sana untuk melihat bintang tapi aku hanya dapat menghembuskan napas kecewa saat kulihat tidak ada seorang pun di sana. Aku berjalan ke ujung atap dan menengadahkan kepalaku untuk memandang langit kemudian memejamkan mataku. Tiba-tiba sebuah kenangan masa lalu kembali muncul ke dalam benakku.

...
Sosok kakak terlihat dari jauh. Rambutnya yang hitam berantakan tertiup angin tapi tidak mengurangi pesonanya. Dia duduk di ujung atap dengan mata tertuju pada langit di atasnya. Aku selalu suka ekspresi kakak saat sedang memandang langit seperti itu.

"Kenapa hanya berdiri disitu?" Ternyata kakak menyadari kehadiranku.

Aku menghampirinya. "Tidak... aku hanya tidak ingin mengganggu kakak. Hehe."

Kakak melihat ke arahku dan tertawa. "Haha jangan bersikap seolaha aku adalah orang lain. Duduklah"

Aku duduk disamping kakak dan menatap langit berbintang. "Hey kak, bintang yang paling terang itu terlihat seperti kakak," ujarku setelah hening cukup lama.

"Ohya?"

"Iya! Karena kakak seperti bintang yang bersinar untuk menerangi duniaku. Kalau tidak ada kakak, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di dunia ini sendirian. Karena tanpa bintang, malam pasti akan terasa gelap sekali."

"Tapi... apakah bintang itu akan selalu berada di sana? Apakah aku akan selalu bisa melihatnya?" sambungku lagi. Tiba-tiba aku merasa takut jika suatu hari  nanti aku tidak bisa melihat kakakku lagi.

"Dia akan selalu berada disana," jawab kakak kemudian. "Walaupun terkadang kau tidak bisa melihatnya, tapi percayalah bahwa dia tidak pergi kemanapun. Dia hanya bersembunyi di balik awan-awan itu dan dari atas sana dia selalu bisa melihatmu jadi kau tidak perlu khawatir."

"Yah... lagipula kakak tidak akan pergi kemana pun kan?"

"..."

"Kak?"

"Maaf Yuri, aku belum memberitahumu bahwa lusa aku harus berangkat ke London. Minggu lalu aku mendapat kabar bahwa aku mendapatkan beasiswa di sana. Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian disini, tapi aku juga tidak bisa melepaskan mimpiku... Peluang ini bukan hal yang bisa dengan mudah kudapatkan. Selain itu, dengan mengambil kesempatan ini, kita bisa pergi meninggalkan rumah. Aku berniat mengajakmu kesana tapi kau masih harus menyelesaikan sekolahmu disini, jadi 1 tahun lagi aku baru akan menjemputmu," jelas kakak.

"Tidak boleh! Kalau kakak pergi, aku dengan siapa disini?" Rasa takut itu kembali muncul.

"Hanya 1 tahun Yuri, setelah itu kakak akan menjemputmu. Lagipula kita masih bisa berkomunikasi dengan email dan telepon kan?"

Aku terdiam dan kembali menatap bintang yang tadi. Dia masih disana. Benar, walaupun jauh, dia akan selalu terasa dekat. Bintang tidak pergi kemanapun. Saat tidak terlihat, awan-awan itu hanya menutupinya dan suatu hari nanti angin akan membawa awan-awan itu pergi dan memperlihatkan bintang-bintang itu lagi.

"Baiklah... jaga dirimu baik-baik disana kak. Tapi kau harus janji bahwa nanti kau akan menjemputku." Aku memaksakan senyumku untuk melepaskan kepergiannya lalu kakak memelukku erat.

...


Aku tersadar dari ingatan 3 tahun lalu dan kembali menatap  langit berbintang itu. Kak Yuji belum juga datang menjemputku. Sudah 3 tahun berlalu sejak  hari yang dijanjikannya itu. Aku mencoba untuk tetap percaya bahwa suatu hari nanti dia akan datang menjemputku tapi setiap detik yang terlewati telah memakan kepercayaanku sedikit demi sedikit atau membuatku semakin menyadari kebohongan yang aku buat sendiri... tanpa sadar, mataku telah basah oleh air mata.

Aku tahu dia tidak akan datang. Dia tidak bisa datang. Kecelakaan pesawat 3 tahun lalu telah membawanya ke tempat lain. Mungkin sebuah tempat yang indah di surga sana.

Kakak... apa kau bisa melihatku dari atas sana? Aku sekarang sendirian, padahal kau janji bahwa kau tidak akan meninggalkanku sendirian.

Malam ini pun tidak ada bintang yang terlihat. Apakah mereka masih berada disana? Awan kumohon pergilah. Perlihatkan bintangku lagi...

...

-cherryblossom:)-

Sunday, June 30, 2013

ShortStory: Wait The Cherry Blossoms.


just another short story that i wrote. inspirated by the pic below :)


Musim semi. Akhirnya aku bertemu lagi dengan musim ini. Aku sangat senang menyambut kedatangannya yang hanya setahun sekali karena di musim ini aku bisa mekar :)

Aku adalah Sakura. Seperti itulah orang-orang memanggilku. Itu bukan hanya namaku melainkan jati diriku. Ya, aku adalah roh bunga sakura. Aku yang bertugas untuk menjaga bunga sakura agar tetap mekar di musim semi. Aku sendiri tidak tau kenapa aku harus ditakdirkan menjadi roh bunga sakura. Kalau saja bisa memilih, aku ingin menjadi manusia biasa saja. Aku tau aku tidak boleh berpikiran begitu tapi mungkin penyesalan itu datang setelah aku bertemu dengannya...

"Sakura!" Aku menoleh ke asal suara yang memanggilku. Dialah orangnya.

"Akira!" sahutku seraya tersenyum padanya.

Akira menghampiriku lalu duduk disampingku. "Hari ini pun bunga sakura mekar dengan indahnya ya :)"

"Yah... tapi tidak akan bisa terus-menerus mekar. Setelah musim semi berganti, kau tidak akan bisa melihatnya hingga musim semi yang selanjutnya."
 
"Tapi walaupun begitu, musim semi pasti akan datang kan? Ketika saat itu tiba, bunga sakura akan kembali mekar." Akira tersenyum dan mengusap kepalaku. "Tidak peduli musim berganti, pasti bunga sakura akan tetap ada dan menunggu waktunya untuk mekar. Berjanjilah bahwa kau akan selalu mekar untukku."

Ini salah. Aku mencintainya. Aku mencintai seorang manusia. Aku tidak tau pasti sejak kapan aku memiliki perasaan ini, tapi mungkin bahkan sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Musim semi 8 tahun lalu...

...

Seorang gadis kecil sedang berlarian dengan penuh semangat dan kegembiraan di pinggir jalan seakan hal itu adalah hal langka yang bisa dilakukannya. Karenanya, gadis kecil itu hampir saja tertabrak motor namun dia tidak peduli. Dia bukan gadis kecil biasa.

 "Hey kenapa kau diam saja?! Awas!" Tiba-tiba seorang anak laki-laki mendorongnya ke pinggir jalan sehingga mereka terjatuh bersama.

Pria yang mengendarai motor tadi melihat marah ke anak laki-laki itu. "Apa yang kau lakukan?! Meloncat tiba-tiba ke tengah jalan. Bahaya!"

"A... aku hanya ingin menyelamatkan dia," jawab anak laki-laki itu seraya menunjuk ke arah  gadis kecil itu.

Pria itu menoleh mengikuti arah tunjukan anak laki-laki itu. "Menolong siapa maksudmu? Tidak usah mengada-ada. Lebih baik kau pulang ke rumah!" nasehatnya lalu beranjak pergi bersama motornya.

Anak laki-laki itu tidak terlalu mempedulikan perkataan pria tadi. Dia memusatkan perhatiannya pada gadis kecil yang baru saja ditolongnya. "Kau tidak apa-apa?"


Gadis kecil itu tidak langsung menjawab. Dia hanya diam dan menatap anak laki-laki di hadapannya seakan ini adalah hal baru yang dialaminya.

"Hey kenapa kau terlihat terkejut sekali? Tatapanmu seperti baru melihat hantu saja. Haha," gurau anak laki-laki itu kemudian.

Gadis kecil itu tersadar dari lamunan. "Kau... manusia?" tanyanya polos.

"-_- kau mau meledekku ya? Tentu saja aku manusia -.-"

Ini benar-benar hal baru yang dialaminya. Berbicara dengan manusia! Sebelumnya dia mengira itu adalah hal yang mustahil karena manusia tidak bisa melihat bangsanya tapi kenapa anak laki-laki ini bisa?


Sakura tersenyum riang. "Ah tidak! Bukan begitu. Aku hanya senang sekali!" serunya kemudian. "Kau teman pertamaku. Namamu siapa? Aku Sakura :D"

"Wah aku Akira. Hehe," jawab anak laki-laki itu lalu membalas senyumnya.

...

Aku masih ingat dengan jelas awal pertemuanku dengan Akira. Aku juga masih ingat saat pertama kali aku memberitahukan jati diriku padanya dan membuatnya terkejut tapi dia tidak takut. Saat itu kami masih kecil, segalanya terasa mudah dan menyenangkan. Saat itu kami hanya tau bermain dan bermain. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin kami dewasa semakin terasa sulit. Terutama sejak aku mulai memiliki suatu perasaan aneh untuknya yang kemudian kuketahui bernama cinta. Suatu perasaan yang tumbuh dan bersemi yang baru kusadari di musim semi 5 tahun lalu...

...

Pria itu sedang tertawa riang bersama teman-temannya di kelas. Tanpa dia sadari bahwa sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan. Di balik pohon sakura yang terdapat di samping kelasnya. Sakura memperhatikan Akira. Di dalam hatinya dia sangat ingin menghampiri Akira tapi dia tidak bisa.. Tiba-tiba Sakura melihat seorang gadis menghampiri Akira. Mereka berbicara lalu tertawa bersama. Dada Sakura terasa sakit sekali melihat Akira bersama gadis lain tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Akira bukan miliknya, dia punya kehidupannya sendiri. Apa yang diharapkan oleh seorang mahluk yang hanya bisa bisa muncul di setiap musim semi? :') Sakura pun memutuskan untuk pergi.

"Sakuraaa!" Sore harinya Akira berlari menghampiri Sakura di tempat mereka biasa bertemu.

"Hey ketemu lagi :)" Sakura mencoba untuk tetap terlihat tenang. Dia memutuskan untuk tidak memberitahukan perasaannya pada Akira. Dia tidak mau egois karena dia tidak bisa menemani Akira sepanjang waktu seperti gadis-gadis normal lainnya. Biarlah tetap seperti ini asalkan dia bisa terus bersama dengan Akira.

"Apa sih? Kenapa biasa saja? Kau tidak rindu padaku? -,-"

"Untuk apa aku rindu padamu? :p" canda Sakura. Tidak ada yang tau bahwa Sakura selalu merindukan Akira.

"Siapa juga yang rindu padamu :'3" balas Akira.

Baguslah. Pikir Sakura. Saat musim semi berganti pun kau tidak akan merindukanku kan? Jadi kau tidak akan sedih :)
...

"Sakura, sakura, hey kenapa melamun?" tanya Akira tiba-tiba. Menyadarkanku dari lamunan masa lalu.

"Ah tidak. Hehe kenapa?"

"Malam nanti temui aku di taman kota ya. Ada sesuatu yang ingin kuberitahu! :)" seru Akira seraya berdiri dan beranjak pergi.

"Hey! Kenapa tidak sekarang saja?"

"Tidak seru! Haha :p" Akira tertawa lalu berlari menjauh.

Tiba-tiba sebuah truk melaju kencang ke arahnya. Akira terhempas ke pinggir jalan. Kepalanya terbentur dan aku bisa melihat darah di sekelilingnya. Aku berlari ke arahnya. "Akira!!!" Aku berteriak dan mengguncang-guncangnya tapi dia tidak kunjung bangun. Orang-orang mulai berdatangan mengerumuni kami. "Tolong! Tolong dia!" teriakku pada mereka. Lupa bahwa mereka tidak bisa mendengar atau melihatku. Mobil ambulan pun datang dan Akira dibawa ke rumah sakit. Aku hanya bisa menangis di sampingnya. Oh Tuhan... Tolong selamatkan Akira.

...

"Bagaimana ini dokter? Pasien tidak bereaksi," ujar salah satu suster.

"Ayo kita pacu lagi jantungnya!" seru sang dokter. Mereka semua sedang berusaha menyelamatkan Akira di ruang gawat darurat. Aku tidak bisa diam saja!

Aku menggenggam tangan Akira. "8 tahun lalu... kau yang menyelamatkanku. Kau adalah anak laki-laki yang dengan beraninya berlari ke tengah jalan untuk menyelamatkanku tanpa mempedulikan keselamatanmu sendiri. Sekarang... Izinkan aku yang menyelamatkanmu."

Aku mengeluarkan seluruh kekuatanku. Memberikan seluruh energiku untuknya walaupun aku tau apa konsekuensinya. Setelah energiku habis, aku akan menghilang. Yah... Tidak sepenuhnya menghilang. Aku akan tetap menjadi bunga sakura namu aku akan kehilangan wujud rohku yang sekarang.

"Ah ajaib! Jantungnya kembali berdetak!" ujar salah satu suster di ruangan itu lagi.

Energiku semakin habis... Setelah ini aku akan menghilang. Di dalam otakku, segala kenangan bersama Akira kembali muncul. Setelah segalanya berakhir, hanya ada 1 yang tersisa: kenangan. Akira apakah kau akan mengingatku? Tidak ingat juga tidak apa-apa, tapi kenanglah aku... setidaknya sisakan tempat untukku di suatu celah kecil di hatimu. Aku meneteskan air mata untuk yang terakhir kalinya dan menghilang.

...

Akira membuka matanya. Dia mendapati dirinya di kamar rumah sakit. "Kenapa aku bisa ada disini?" Akira tidak ingat apapun sebelum kecelakaan itu.

"Ah akhirnya kau sadar!" Seorang wanita menghampirinya lalu mencium keningnya.

"Siapa kau?" Akira bahkan tidak bisa melihat wanita yang berada di hadapannya.

"Aku ibumu! Ternyata benar kata dokter.. Sekalipun kau sadar nanti, kau akan mengalami amnesia karena benturan yang sangat keras di kepalamu," jawab ibunya seraya memeluk Akira dan menangis. "Tidak apa-apa. Perlahan-lahan kau akan kembali mengingat semuanya.." Akira tidak bereaksi apa-apa. Dia hanya diam di pelukan ibunya. Pikirannya kosong tapi hatinya terasa sakit. Dia merasa telah melupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya..

...

5 tahun kemudian...

Musim semi. Akira berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumahnya di kampung halaman. "Sudah lama tidak kesini. Setiap musim semi pemandangan disini memang selalu indah," ujarnya, memandang ke arah deretan pohon sakura di pinggir jalan kemudian dia berhenti di bawah sebuah pohon sakura yang besar. Bunga sakura berguguran... kelopak bunganya jatuh dan mengenai wajah Akira. Akira mengambilnya sehelai.

"Ayah!" Seorang anak laki-laki berlari menghampiri Akira.

Akira berjongkok lalu tertawa dan memeluk anak itu. "Hey boy, lari sampai sini huh? Mama mana?"

Anak laki-laki itu tertawa lalu menoleh ke belakang. Seorang wanita cantik berjalan ke arah mereka. Akira berdiri sambil menggendong anak laki-lakinya lalu mencium wanita itu setelah dia mendekat.

"Melamun sambil memandang bunga sakura lagi ya?" tanya istrinya seraya tersenyum dan membalas ciumannya.

"Yah... kau tau kan kalau aku selalu menunggu datangnya musim semi untuk melihat bunga sakura. Aku merasa telah seperti ini sejak dulu tapi aku tidak tau kenapa..."

"Setiap orang kan selalu menyukai musim semi :) wajar saja sayang. Ayo kita pulang," jawab istrinya seraya menggandeng tangan anaknya dan beranjak pergi. Akira mengikuti di belakangnya.

Sudah 5 tahun berlalu sejak kecelakaan itu. Kecelakaan yang membuatnya lupa ingatan. Sekarang ingatannya sudah pulih tapi Akira selalu merasa bahwa adia tidak bisa mengingat satu hal...

Akira menoleh kembali ke arah pohon sakura. Dia tersentak. Di bawah pohon sakura yang besar itu, dia melihat seorang gadis cantik sedang memandangnya lalu tersenyum padanya. Akira yakin bahwa dia tidak pernah melihatnya sebelumnya tapi entah mengapa dia merasa telah lama mengenalnya. Akira membalas senyum gadis itu namun setelah itu gadis itu membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Akira terkejut melihat tubuhnya yang semakin lama semakin memudar menjadi kelopak-kelopak bunga Sakura. Hati Akira terasa sakit melihat gadis itu semakin menghilang. "Sakura!" Tiba-tiba Akira memanggilnya. Dia tidak tau darimana dia mengetahui nama itu namun gadis itu sudah sepenuhnya menghilang. Akira terjatuh...

"Sayang kau kenapa?"

"Ayah kenapa?"

Akira menangis. Dia menangis untuk kenangan yang tidak bisa diingatnya...
...

"Hey! Kenapa tidak sekarang saja?"

Seandainya saat itu tidak ditunda, mungkin ceritanya akan lain. Walaupun pada akhirnya kita tidak bisa bersama... setidaknya perasaan itu bisa tersampaikan. Tapi semuanya sudah terlambat. Memang menyakitkan tapi aku tida menyesal telah mengenalmu. Akira... Terimakasih telah pernah masuk ke dalam kehidupanku. Maaf karena aku tidak sempat memberitahukan satu hal yang sangat penting padamu: aku mencintaimu :')


...

-cherryblossom:)-

Friday, April 26, 2013

second novel of mine (english version)


well..this is a lil part of my second novel that i wrote in english version. hhehe im sorry for my bad english..if there's wrong words or wrong grammar -.-v xD still learning..hhehe feel free to give comment or critic on my novel :) ok then..happy reading :




I can't believe this. This is weird. What happened? I walked on the corridor dormitory, every corner of the room still looks as usual. But where is everyone? Why so quiet?

"Sob..." Suddenly I heard a muffled cries. I was surprised and relieved to hear the sound that signifies that there are other people here. Before, it was so quiet here. The only sound that i hear is my footsteps and my breathing until I thought I was the only person who was in the dormitory.

I looked around. No one. Where the sounds is coming from? I stopped, trying to listen to that voice and walked in the direction of the sound is coming from. The sound took me to a classroom in my right side. I see it.. A girl was crying under the table. I think I know who is she...

"Mia?" I called. She looked up and her face looks relieved after see me.

"Sachi!" She shouted and then came out from under the table and hugged me. "Thank goodness. I Guess I just alone here..."

"What is it? Why the dormitory so quiet? Where is everybody?" I asked after calm her down.

"I... I don't know. Suddenly I woke up and didn't see anyone here. This building is really quiet, I was scared and hide here. I'm so thankful that  you came!" She said with a smile of relief but from her eyes, i still can see her worried. "How about yourself Sachi? Where are you before?"

"Just like you. I woke up from sleep and rushed to class. I Thought I would be late but when I reached class I didn't see anyone and after that I realized that no one in this building except me, untill I hear you and find you in here," I replied.

Mia grabbed my arm. "This is so weird. What should we do now? We can't even contact anyone. Really don't have signal here!" Mia yelled frustrated.

"Maybe they all have been out of here. Hey why don't we just get out of here?" I held Mia's hand and asked her to run. We ran down the corridor after corridor and up the elevator to the bottom floor then run to the main entrance door. Locked.

"The door is locked!" I exclaimed.

"Then let's find another way," said Mia.

"Wait. Do you realize it? When run to here I saw all the windows were closed, usually there are at least a few windows open."

"What? Do you mean we are locked here? Why did they all leave us here?" Mia fell limp.

"Hey elected people." Me and Mia was shocked to hear the sudden sound of it. Whose voice? Where the voice is come from?
 

"I'm sorry before for everything that sudden and confusing. But you should be happy because you are the chosen ones. Amount you have 7 people, yes including you who listen to me now." It sounded like kids, sounded crisp but I can not tell whether the voice belonged to a man or a woman.

"Who are you?" I asked the mysterious voice, although I'm not sure that people also can hear my voice or not.


"You don't need to know who I am," said the voice again. "Obviously, I was the one who chose you to be a player in the game that I made."

"The game? What does that mean?" Mia whispered to me.

"The game is about to begin. Now you all let's go to the dorm hall, there is the start. Follow me if you want to save! Hahaha." Then the sound is gone.

"Crazy." I muttered.

"What? Sachi do you think we should join it?"

"Then what? That is the only clue for us to get out of all this weirdness. Come on!" I ran to the dorm hall. Mia followed me behind.

...

Me and Mia got to the front door of the hall. I turned the knob and stepped inside with Mia.

"Finally two people more is come. Now is complete! I can't wait to play this. What does that people want? Curious!" said a male student as he put his hands behind his head.

"Ken?!" call Mia.

"Oh Mia and Sachi!" Ken shouted and ran toward me and Mia. Ken is one of our classmates.

"Hey did you guys know how to get out of here? All the doors are locked. Ah~ why we must keep obey with that people? Smash the glass window and get out of here!" exclaimed a male student named Ryu who I know from the name on his uniform.

"We can't get out," said one of the girls among us who seem to be one of the players who were also elected. "Because we are actually dreaming. Our body were actually being asleep," she added.

"How did you know?" I asked, surprised.

"I just can feel it," she said without expression.

"Well... You all have gathered here. Now I will explain the rules," said the mysterious voice again. "What is one of your friend said is true. You guys can not get out of the game because you're actually dreaming. Everybody's in the dorm not leave you but it is you who are asleep. The Game time has been set so that later you will wake up and back to the real world but you will not get away from this game before any one of you be a winner. Though this is just a game, you will actually die in the real world when you game over. Don't talk about this game in real world or I will reset this game also your mind so that you will start from the beginning again. so let's cooperate. But be careful.. Because one of you is a character that I created and I play by myself. If I win, you will be forever trapped in this game and will forever accompany me to play. Hahaha follow the instructions that I will give you later. Have fun!" Then the sound disappears.

"Hey... It is cool right? We were in a game! I always played video games, I don't believe now I will really play in the game world itself!" Ken exclaimed enthusiastically.

"This is not a joke!" I said.

"Yeah Ken... Didn't you hear? Our life are threatened here," said Mia while fighting back her tears.

"Hmm about that..." Ken muttered.

"Then let's play!" said the girl that I told before. She have a long hair and beautiful. "I'm Akane."

"I'm Nami, and he is Mori." A woman who looks tomboyish student introduced herself and the boy next to her.

"I'm Ken."

"I... I'm Mia, and this is my friend Sachi." Mia introduces herself and me.

"Haih~ should I follow too? Alright, I'm Ryu." We introduced ourselves.

"Awesome. It seems to be fun." Ken muttered again.

"Ken... why do you always think everything that strange is cool?" I asked with astonishment. But... I must admit it. This is 'kinda' cool.

"So... which one of you is a creation of that people's character?" Mia asked as she shuddered in horror.

"If you ask... no one will admit it Mia." I answered. Also become shudder to think that people I knew were probably that mysterious people's character creation too, even Mia or Ken. Maybe they are not the original people in the game world in this dream. The safest Way is ME who should win this game. Now no one I can trust except myself."

---to be continued---

-cherryblossom:)-

Sunday, April 21, 2013

second novel of mine (indonesian version)


nah ! ini dia salah satu bagian dari novel baru yang aku tulis..hhehe. monggo dibaca~ tapi maaf kalo ceritanya mungkin agak aneh wkwk namanya juga cerita fiksi dan fantasi :3 komentar ato kritik dipersilahkan agar tulisan ini bisa menjadi karya yang lebih baik lagi ^-^ sebenarnya aku juga belum nentuin judulnya - -v ohya di judul post ini aku bilang -indonesian version- soalnya aku mau buat  versi inggrisnya juga disini biar bisa dibaca sama orang luar juga..hhoho tapi sepertinya ini akan menjadi PR dulu >.<v ok~ selamat membaca :



Aku tidak percaya ini. Ada yang aneh. Apa yang telah terjadi? Aku berjalan menyusuri koridor asrama sekolah, setiap sudut ruangan masih terlihat seperti biasa. Tapi dimana semua orang? Kenapa sepi sekali?

"Hiks..." Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara tangisan tertahan. Aku terkejut sekaligus lega mendengar suara yang menandakan bahwa ada orang lain disini. Sebelumnya saking sepinya hanya suara langkah kakiku dan hembusan napasku saja yang terdengar hingga kukira aku adalah satu-satunya orang yang berada di gedung asrama ini.

Aku melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa. Dari mana suara itu berasal? Aku berhenti sebentar, mencoba untuk mendengarkan suara itu lagi lalu berjalan mengikuti arah suara tersebut berasal. Suara itu membawaku ke sebuah ruang kelas di samping kananku. Aku melihatnya. Seorang perempuan sedang menangis dibawah meja. Sepertinya aku kenal...

"Mia?" panggilku. Dia mendongak dan wajahnya terlihat lega setelah melihatku.

"Sachi!" serunya seraya keluar dari bawah meja dan memelukku. "Syukurlah. Kukira tinggal aku seorang diri disini..."

"Ada apa?" Kenapa asrama sekolah sangat sepi? Dimana semua orang?" tanyaku setelah menenangkannya.

"A... aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja aku terbangun dan tidak melihat siapapun disini. Gedung ini benar-benar sepi, aku takut sekali lalu bersembunyi disini. Syukurlah kau datang!" ujarnya sambil tersenyum lega namun masih terlihat kekhawatiran dimatanya. "Kau sendiri dari mana Sachi?"

"Sama sepertimu. Aku terbangun dari tidur dan bergegas menuju kelas. Kupikir aku akan terlambat tapi sesampainya dikelas aku tidak mendapati seorang pun dan setelah itu aku sadar bahwa tidak ada seorang pun di gedung asrama ini selain aku, sampai aku mendengarmu dan mendapatimu disini," jawabku.

Mia memegang lenganku. "Ini aneh sekali. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita bahkan tidak bisa menghubungi siapapun. Sama sekali tidak ada sinyal!" Mia berteriak frustasi.

"Mungkin mereka semua sudah keluar dari sini. Hey kenapa kita tidak keluar saja dari sini?" Aku memegang tangan Mia dan mengajaknya berlari. Kami berlari menyusuri koridor demi koridor dan menaiki lift sampai ke lantai paling bawah lalu menuju pintu keluar-masuk utama. Terkunci.

"Pintunya terkunci!" seruku.

"Kalau begitu ayo kita cari jalan lain," ajak Mia.

"Tunggu. Apakah kau sadar? Saat berlari kesini aku melihat semua jendela pun tertutup, padahal biasanya setidaknya ada beberapa jendela yang terbuka."

"A... apa? Maksudmu kita terkunci disini? Kenapa mereka semua meninggalkan kita disini?!" Mia terkulai lemas.

"Hai orang-orang terpilih." Aku dan Mia terkejut mendengar suara yang tiba-tiba itu. Suara siapa? Berasal dari mana? "Sebelumnya maaf atas segala sesuatunya yang tiba-tiba dan membingungkan ini. Tapi kalian harus senang karena kalian adalah orang-orang terpilih. Jumlah kalian ada 7 orang, ya termasuk kau yang mendengarkan aku sekarang." Suaranya seperti anak-anak, terdengar renyah tapi aku tidak bisa membedakan apakah suara tersebut adalah milik seorang laki-laki atau perempuan.

"Siapa kau?!" tanyaku pada suara misterius itu walaupun belum tentu suara itu juga bisa mendengarku.

"Kalian tidak perlu tau siapa aku," ujar suara itu lagi. "Yang jelas, aku adalah orang yang memilih kalian untuk menjadi pemain dalam permainan yang aku ciptakan."

"Permainan? Apa maksudnya?" bisik Mia padaku.

"Permainan akan segera dimulai. Sekarang kalian semua pergilah ke aula asrama, disanalah startnya. Turuti aku jika kalian ingin selamat! Hahaha." Kemudian suara tersebut pun hilang.

"Gila," gumamku.

"Apa? Sachi menurutmu kita harus menurutinya?"

"Mau bagaimana lagi? Itulah satu-satunya petunjuk agar kita bisa keluar dari segala keanehan ini. Ayo!" Aku berlari ke aula asrama. Mia mengikuti di belakangku.

...

Aku dan Mia sampai di depan pintu asrama. Aku memutar kenop pintu dan melangkah masuk dengan Mia.

"Akhirnya datang juga 2 orang lagi. Lengkap deh. Aku tidak sabar dengan permainan ini. Apa sih maunya orang itu? Penasaran!" seru seorang murid laki-laki seraya menaruh kedua tangannya di belakang kepala.

"Ken?!" panggil Mia.

"Wah ternyata Mia dan Sachi!" Ken berlari menghampiriku dan Mia.  Ken, salah satu teman sekelas kami.

"Hey apa kalian tau bagaimana cara keluar dari sini? Semua pintu terkunci. Ah~ kenepa kita harus menuruti orang gila itu? Pecahkan saja kaca jendela lalu keluar dari sini!" seru seorang murid laki-laki yang kuketahui bernama Ryu dari nama yang tertera di seragamnya.

"Kita tidak bisa keluar," ujar salah seorang murid perempuan diantara kami yang sepertinya merupakan salah satu pemain yang terpilih juga. "Karena kita sebenarnya sedang bermimpi. Raga kita yang sebenarnya sedang tertidur."

"Bagaimana kau tau?" tanyaku heran.

"Aku hanya dapat merasakannya," jawabnya tanpa ekspresi.

"Baiklah. Kalian semua sudah berkumpul disini. Sekarang aku akan menjelaskan peraturannya," ujar suara misterius itu lagi. "Apa yang dikatakan salah satu teman kalian benar.  Kalian tidak bisa keluar dari permainan ini karena sebenarnya kalian sedang bermimpi. Semua orang yang ada di asrama ini bukannya pergi meninggalkan kalian tapi kalianlah yang sedang tertidur. Waktu permainan ini telah diatur sehingga nanti kalian akan terbangun dan kembali ke dunia nyata tapi kalian tidak akan bisa lari dari permainan ini sebelum salah seorang dari kalian menjadi pemenang. Walaupun ini hanyalah sebuah permainan, kalian akan benar-benar meninggal di dunia nyata bila kalian game over. Jangan juga membicakan tentang permainan ini di dunia nyata atau aku akan menyetel ulang permainan ini juga pikiran kalian sehingga kalian akan mulai dari awal lagi. Jadi bekerja samalah. Tapi hati-hati.. Karena salah seorang dari kalian adalah tokoh yang aku ciptakan dan aku mainkan sendiri. Jika aku yang menang, kalian akan selamanya terperangkap dalam permainan ini dan akan selamanya menemani aku bermain. Hahaha ikuti petunjuk yang akan kuberikan selanjutnya. Selamat bersenang-senang!" Kemudian suara tersebut pun menghilang.

"Hey... Bukankah ini keren? Kita berada dalam sebuah permainan! Aku selalu memainkan video game, aku tidak percaya sekarang aku akan benar-enar bermain di dalam dunia permainan itu sendiri!" seru Ken dengan antusias.

"Ini bukan main-main!" cetusku.

"Iya Ken... Apa kau tidak dengar? Nyawa kita terancam disini," ujar Mia sambil menahan tangis.

"Hmm soal itu..." gumam Ken.

"Kalau begitu mohon kerjasamanya!" ujar murid perempuan yang tadi. Dia berambut panjang dan cantik. "Aku Akane."

"Aku Nami, dan dia Mori." Seorang murid perempuan yang terlihat tomboy memperkenalkan dirinya dan seorang murid laki-laki disebelahnya.

"Aku Ken."

"A... aku Mia, dan ini temanku Sachi." Mia ikut memperkenalkan dirinya dan aku.

"Haih~ apakah aku harus ikutan juga? Baiklah, aku Ryu." Kami saling memperkenalkan diri.

"Keren... Sepertinya akan asyik." Gumam Ken lagi.

"Ken... Kenapa kau selalu menganggap segala sesuatu yang aneh itu keren?" tanyaku dengan heran Tapi harus kuakui. Ini 'agak' keren.

"La... lalu Siapa diantara kalian yang merupakan tokoh ciptaan orang itu?" tanya Mia seraya bergidik ngeri.

"Jika kau bertanya... tidak akan ada yang mengaku Mia," jawabku ikut ngeri membayangkan bahwa orang yang aku kenal pun mungkin merupakan tokoh ciptaan orang gila itu, bahkan Mia atau Ken. Mungkin saja mereka bukan orang yang asli di dunia permainan dalam mimpi ini. Jalan teraman adalah AKU yang harus memenangkan permainan ini. Sekarang tidak ada yang bisa aku percaya selain diriku sendiri."

---bersambung---



nah gimanaaa menurut kalian ? >_< hhehe seperti yang aku bilang sebelumnya..ada sedikit kendala dalam penulisan novel ini karena aku ga gitu suka main game..hhehe nahloh jadi bingung kan mau buat gamenya kayak gimana - -" sepertinya penulisan novel kedua ini lebih membutuhkan kerja keras dibanding novelku yang sebelumnya..hhehe but i'll try my best. mohon doanya ya :3

-cherryblossom:)-